MEMPERBAIKI  POLA  MAKAN  MENCEGAH  KANKER
 
Perilaku hidup merupakan salah satu penyebab utama timbulnya kanker.  Faktor perilaku hidup itu terutama menyangkut pola makan sehari-hari.  Di bawah ini disarikan dari tulisan Dr. Elvina Karyadi, M.Sc. hal-hal yang berhubungan dengan bahan makanan serta pengolahannya yang dapat menimbulkan resiko terkena kanker serta beberapa bahan yang dapat mengurangi resiko tersebut.
Laporan para ahli baik kesehatan maupun gizi/makanan menyatakan bahwa 80-90 % dari berbagai bentuk kanker berkaitan erat dengan makanan yang sehari-hari dikonsumsi. Sejumlah penelitian epidemilogi banyak memperkuat pernyataan tersebut.

Kanker payudara dan prostat diduga mengkonsumsi lemak terlalu banyak serta alkohol  diduga sebagai biang keladi juga.  Sementara penyakit kanker kolon (usus besar) dan rektum disebabkan juga oleh tingginya konsumsi lemak dan minuman beralkohol (terutama bir).  Sedangkan kanker tenggorokan (esofagus), berkaitan dengan tingginya konsumsi alkohol dan bisa juga karena kebiasaan merokok.  Kanker lambung dihubungkan dengan tingginya bahan pengawet yang berkadar garam tinggi.  Adapun kanker hati diduga pencemaran makanan oleh aflatoksin dan juga konsumsi alkohol yang tinggi, di samping infeksi  virus hepatitis B.   Sementara kanker paru-paru dan kandung kencing terutama disebabkan paparan tembakau (rokok) serta beberapa zat kimia cemaran industri.

Karsinogen dalam Makanan

Zat-zat yang terkandung dalam makanan (faktor diet) dapat menjadi promotor untuk menimbulkan keganasan yang secara tidak langsung menimbulkan tumor atau kanker.  Zat-zat tersebut digolongkan sebagai karsinogen.  Selain karsinogen ada juga prokarsinogen yang bersifat mengubah zat kimiawi sehingga merupakan pencetus (prekusor) kanker.

Karsinogen dalam makanan dapat ditemukan pada hasil pengolahan makanan yang menimbulkan karsinogen polisiklik hidrokarbon yaitu akibat proses pengasapan makanan, zat kimia nitrosamin, zat fisik karena radiasi nuklir, atau zat biologi yang ada di alam seperti racun pada tembakau..  Zat karsinogen tersebut akan merusak keutuhan sel dan intinya sehingga bersifat mutagenik (sel-sel normal setelah dicemari zat tersebut, menjadi sel yang ganas dan berkembangbiak tak terkendali).

Selain itu zat karsinogen ditemukan juga pada makanan-makanan dengan pengolahan yang tidak tepat, misalnya : pemanasan terlampau tinggi suhunya dan lama (menimbulkan zat trans-fatty acid), cara penggorengan yang berlebihan dan penggunaan minyak goreng yang berulangkali (menimbulkan radikal bebas seperti ; peroksida, epioksida dsb.), pengawetan dengan pengasinan yang berlebihan.

Makanan yang tercemar oleh jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin seperti pada kacang tanah busuk.  Demikian pula keju yang telah kadaluarsa juga dapat bersifat karsinogenik.

Bahan makanan tambahan (food additive) tak kalah pentingnya untuk diperhatikan.  Pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, walaupun diijinkan dalam pemakaiannya, FDA (Food and Drug Association), tetap memberi batas-batas dalam penggunaannya (siklamat 11mg/kg berat badan/hari, sakarin 5 mg/kg berat badan /hari) , karena menurut penelitian epidemiologi dapat pula menimbulkan kanker kandung kemih.   Zat pengawet makanan seperti formaldehida sebagai pengawet baso atau tahu, zat warna tektil (bukan pewarna makanan) sepert methanyl yellow pada kerupuk, tahu dll, rhodamin zat pewarna merah pada sirup, menurut penelitian dapat merangsang timbulnya kanker hati.
 

Zat Antikarsinogen

Di samping zat-zat yang merugikan dalam kandungan gizi makanan tertentu, terdapat pula zat-zat gizi yang terkenal sebagai zat antikarsinogen yang bersifat protektif (melindungi seseorang yang mengkonsumsinya dari timbulnya kanker).  Termasuk golongan ini adalah sayur dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin A (ß.karoten), vitamin C, vitamin E, asam folat, dan mineral-mineral seperti Selenium, kalsium, magnesium dan seng.  Juga bahan yang mengandung asam folat, alkilgliserol, koenzimQ10 dsb..

Betakaroten, vitamin C,  vitamin E dan selenium dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat merangsang sistim imun tubuh untuk melawan radikal bebas yang membentuk karsinogen (substansi yang dapat menimbulkan kanker), termasuk menghalangi rusaknya sel normal lainnya..  Pada  binatang percobaan terbukti bahwa zat antioksidan tersebut dapat menghambat kerusakan kromosom, tahap promosi tumor, transformasi sel dan rangsangan terbentuknya kanker secara kimia atau radiasi.  Betakaroten banyakterdapat pada sayuran berwarna kuning, seprti wortel, labu kuning dsb.  Vitamin C banyak dijumpai pada berbagai acam buah-buahan, terutama jeruk, jambu biji dsb.  Vitamin E banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau, buah-buahan,, jagung, minyak nabati, sereal.  Sedangkan Selenium banyak terdapat pada daging, kerang, sereal, dan produk ternak.

Vitamin B3 (niasin) yang sengaja ditambahkan , dilaporkan juga dapat mencegah kanker.  Vitamin ini biasanya diberikan pula pada penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, untuk mengurangi efek toksiis (peracunan) dari kemoterapi itu sendiri.  Niasin banyak terkandung dalam daging sapi, ayam, kacang-kacangan, ikan, daging tak berlemak, telur dan alpukat.

Sedangkan penelitian ahli lain, menunjukkan suplementasi vitamin D dalam bentuk aktifnya (1.25-hidroksi) dapat menghambat penggandaan sel kanker.  Semakin tinggi vitamin D dalam darah (dalam bentuk 25-hidroksi vitamin D), semakin rendah resiko terkena kanker kolon.  Vitamin ini terutama banyak dijumpai pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.

Menurut beberapa penelitian, wanita penderita kanker serviks (mulut rahim) kadar asam folat dalam darahnya rendah.  Dengan suplementasi asam folat, perubahan abnormal sel-sel  mulut rahim (cervical dysplasia). yang dapat menyebabkan kanker mulut rahim dapat dicegah.  Asam folat banyak terdapat pada sayuran hijau (brokoli, bayam, asparagus), biji-bijian, hati, kacang polonh, buncis.

Kalsium (Ca) sebagai salah satu golongan mineral yang berperan dalam proses perkembangbiakan (proliferasi) sel pada lapisan mukosa kolon manusia.  karena masuknya kalsium yang cukup tinggi dapat mengurangi resiko terkena kanker kolon.  Kalsium banyak terdapat pada susu, yoghurt, keju, bayam dan brokoli.

Penelitian yang pernah dilakukan pada hewan percobaan menunjukkan, kekurangan magnesium (Mg) pada diet hewan percobaan dapat meningkatkan perkembangan terjadinya kanker tenggorokan dan kanker kulit luar.

Mineral lain yang berperan dalam melawan kanker adalan seng (Zn).  Ditemukan bahwa seseorang yang menderita kanker tenggorokan memiliki kadar seng yang rendah dalam darahnya.   Namun hal ini belum diketahui denga pasti apakah kekurangan seng merupakan sebab atau akibat dari kanker ini.  Dalam kasus kanker prostat pada pria juga ditemukan kanker seng yang rendah dalam kelenjar prostat dan terjadi sekresi kelenjar prostat itu sendiri.  Sehingga para ahli beranggapan seng perupakan perlindungan dalam melawan penyakit kanker prostat.  makanan sehari-hari yang banyak mengandung sengdapat ditemukan misalnya pada makanan berasal dari hewan seperti daging ayam, sapi, telur, biji-bijian, roti, susu dan olahannya.

Belakangan ini dikenal beberapa substansi tertentu yang bermanfaat mencegah kanker seperti alkilgliserol yang banyak terdapat pada minyak hati ikan hiu, ko-enzim Q10, asam butirat, yang berfungsi mencegah pembentukan darah baru dalam penyebaran sel kanker.  Juga omega-3 dari minyak ikan, omega-6 serta beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti bromelin (dari nanas), bawang putih (Allium sativum), bawang bombai (Allium cepa)dan substansi lentinan berasal dari jamur shitake asal jepang.

Bakteri Lactobacillus acidophillus juga dikenal sebagai bakteri yang normal dalam usus besar manusia dan berfungsi menormalisasikan aktivitas enzim yang dihasilkan dari bakteri lain.
 

Sejauh makanan-makanan yang mengandung bahan-bahan antikarsinogen di atas, serat (dietery fiber) merupakan bagian dari pangan nabati yang berperan penting dalam pemeliharaan kesehatan tubuh dan dapat mencegah timbulnya kanker kolon.  Fungsi serat itu penting karena dapat menarik air dari sekitar pembuluh darah sehingga melunakkan feaces dan mendorong pengeluaran yang efisien melalui usus.  Makanan berkadar lemak tinggi dan rendah kadar seratnya seperti pada makanan-makanan "fast food" dan makanan barat/europa lainnya, dapat menyebabkan terganggunya aktivitas enzim dalam bentuk kotoran di usus besar yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker usus besar.
 

disarikan dari Artikel lepas Majalah Intisari No. 402, edisi Januari 1997.
Mira S. Hartulistiyoso


artikel pagi