KEBIASAAN MAKAN PADA ANAK-ANAK
 
oleh :  Mira Suprayatmi
 
Kebiasaan makan dipengaruhi oleh contoh tingkah laku seseorang.  Bagi seorang anak kebiasaan ini akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dimasukinya, baik itu dalam keluarga, grup bermain (Play grup), taman kanak-kanak, sekolah atau iklan-iklan yang ditawarkan melalui mass media.
Orang-orang yang terdekatnyalah yang akan dicontoh anak-anak, gambaran kebiasaan orangtua, kakek-neneknya, pengasuhnya, gurunya akan dengan mudah ditirunya.
 
Pengaruh Keluarga, Sekolah dan Iklan

Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak.  Pembiasaan makan pagi di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah salah satu contoh pembiasaan yang baik.  Anak-anak tidak dibiasakan jajan di warung kala mereka istirahat sekolah.  Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekwensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan-makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah-buahan atau sayuran diantara waktu-waktu makan dsb.

Lingkungan sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak.  Untuk anak Taman Kanak-kanak, biasanya mereka membawa bekal dari rumah kemudian makan bersama di kelas.  Dalam hal ini kebiasaan dari rumah yang di bawanya.  Akan tetapi jika pulang sekolah, biasanya di luar sudah menunggu para penjual makanan yang menawarkan jajanannya.  Sehingga kadang membuat anak merengek ingin dibelikan.  Jika kebiasaan membelikan jajanan pulang sekolah ini diteruskan, akhirnya anak menjadi terbiasa jajan makanan yang belum tentu baik gizi maupun kebersihannya.  Di samping itu permintaan mereka bukan karena lapar.  Nasihat yang baik dan pemberian pengertian di rumah sangat disarankan bagi para orang tua.

Bagi anak sekolah dasar lebih sukar lagi, karena mereka sudah tidak diawasi lagi oleh orang tua.  Peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti sekali di sini.  Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik dari pada jajan, kemudian memberi penerangan bekal mana yang baik dan sehat untuk dibawa.  Hal lain yang dapat dilakukan sekolah, misalnya membatasi dan menyeleksi jajanan yang disodorkan penjual di sekolah.  Selain itu para gurupun harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut pula jajan di luar.

Kegemaran anak-anak akan hal yang manis, gurih, asam dsb, kadang dimanfaatkan oleh produsen makanan untuk menarik konsumen terutama anak-anak.  Kadangkala produk yang ditawarkan bukan menyehatkan malah berbahaya bagi kesehatan, misalnya terlalu tingginya kadar lemak, kadar garam, kadar gula, kadar asam atau berbagai bahan makanan tambahan sintetis seperti bahan pewarna, bahan penyedap (natrium glutamat, misalnya), bahan pengawet, bahan pemanis sintetis dsb.  Hal yang lebih buruk lagi dalam produk makanan yang ditawarkan tidak mengandung gizi yang cukup, terutama bagi anak-anak.  Jika iklan-iklan di televisi, radio, mass media atau plakat-plakat tidak diseleksi, terutama oleh orang tua dan para pendidik, akan mudah sekali membentuk kebiasaan makan yang tidak menyehatkan.

Dari beberapa penelitian Gizi yang dilakukan di Indonesia, menyatakan bahwa salah satu penyebab Kekurangan Energi Protein (KEP), anemia, dan kekurangan Iodium pada anak-anak karena faktor ekonomi (pendapatan rendah).  Sebenarnya faktor lain yang dirasa cukup penting adalah kurangnya penyuluhan tentang makanan sehat, sehingga terbentuk pola-pola makan yang salah.  Makanan sehat tidak selalu berasal dari bahan yang mahal.  Dari bahan nabati sayuran, buah dan biji-bijian atau kacang-kacangan yang relatif murah dan mudah diperoleh, dapat menghasilkan makanan sehat.

Sebagai bahan perbandingan, dinegara maju, yang dapat dikatakan tingkat pendapatan relatif tinggi, pada sebagian mayarakat yang salah menerapkan pola makan, menghadapi masalah pula dalam soal kesehatan, misalnya; terlalu gemuk, darah tinggi, terlalu tinggi kolesterol, penyakit gula, kurangnya pertahanan tubuh, dan berbagai gangguan metabolisma lainnya.  Mereka bukan tidak mampu membeli makanan sehat, tetapi salah memilihnya, misalnya anak-anak terlalu banyak dibiarkan makanan-makan “fast food”, seperti Kentang goreng (pommes), Hamburger, sosis, coklat, minuman-minuman penyegar berkadar gula tinggi, es krim dsb.
 

Makan Pagi dan Makan diantara Pagi dan Siang

Pada beberapa keluarga, makan pagi (sarapan) kadang  “dianaktirikan”, karena tidak selera atau terlambat bangun.  Anak-anak akan cepat meniru kelakuan orangtuanya, sehingga ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.  Padahal makan pagi ini sangat berarti karena memberikan asupan energi untuk kegiatannya selama di sekolah sebelum waktu makan siang, di samping itu mencegah terjadinya tekanan darah rendah, yang menyebabkan anak lemas, lesu, pusing atau tak dapat berkonsntrasi.

Pagi hari simpanan kalori di hati sudah kosong, setelah digunakan seharian dan semalam tubuh diistirahatkan, dan sel-sel otak akan memerlukan suatu konsentrasi gula darah yang konstan, dan hal ini dapat dipenuhi melalui pengisian makanan pada pagi hari.  Berdasarkan penelitian para ahli, kesiapan kerja yang dihubungkan dengan waktu-waktu makan, paling tinggi terjadi pada waktu antara pagi dan siang hari (sekitar pukul 9 - 10 pagi).  Dengan melihat kurva pada Gambar 1. Akan lebih jelas terlihat, kebutuhan akan makan pagi atau makan diantara pagi dan siang yang dapat kita penuhi dengan membawakannya bekal ke sekolah.

Mengenai selera makan pada pagi hari belum timbul, karena belum banyak aktivitas yang dilakukan.  Apalagi bagi anak-anak, mereka hanya mau makan yang menurutnya enak dan menimbulkan selera.  Di sinilah orangtua diminta lebih banyak mengeluarkan ide untuk merangsang selera makan anak-anak.  Waktu makan pagi bersama keluarga adakalanya dapat menambah selera makan bagi anak-anak.  Jika terlambat bangun atau tidak ada waktu untuk hal tersebut, dicoba mengisi dulu perut walaupun sedikit sebagai sumber energi pertama, apakah cukup dengan secangkir susu atau segelas teh manis serta sepotong roti, sebuah pisang matang atau ubi goreng. Namun selanjutnya anak-anak yang sudah sekolah dibawakan bekal, agar pada jam-jam istirahatnya kembali dapat meneruskan makan diantara pagi dan siang (sarapan ke 2).  Sehingga kebutuhan akan energi untuk segala aktivitasnya di sekolah sebelum makan siang dapat dipenuhi.  Sedangkan bagi anak-anak pra sekolah, dapat diberikan lagi makan pagi antara pukul 9 dan 10 pagi, karena pada jam-jam itulah daya kerja sangat optimum dan memerlukan asupan energi yang cukup (Lihat Gambar 1.).
 
Suatu kebiasaan yang salah dari para orangtua adalah memberinya uang jajan sebagai pengganti makan paginya di rumah, dengan alasan tidak sempat menyiapkan makan pagi.  Padahal makan pagi atau bekal ke sekolah itu dapat disiapkan hari sebelumnya.  Aneka makanan dapat diusahakan untuk menaikkan selera makan si anak.  Jika nasi dan lauk tidak memenuhi selera mereka, dapat diganti dengan arem-arem yang sudah dibuat sehari sebelumnya, atau jika penganan nasi bosan mereka makan, dapat diganti dengan aneka roti yang dilengkapi dengan isinya, bihun, mie goreng, kentang, serabi misalnya.

Hal yang sangat membantu jika sekolah mengadakan waktu istirahat antara pukul 9 dan 10 pagi, kemudian gunakan sebagian waktu itu untuk membuka bekal bersama dalam kelas.  Sehingga ketika keluar kelas anak-anak tidak disibukkan lagi mencari jajanan, waktu istirahat yang tersisa dapat digunakan untuk bermain.  Kemudian masuk kelas kembali sudah cukup energi untuk menerima pelajaran selanjutnya.  Jika kebiasaan ini belum diterapkan di sekolah-sekolah, melalui POM (Persatuan Orangtua Murid), dapat didiskusikan dan diusulkan.  Disamping itu dapat pula diusulkan adanya upaya penyuluhan bagi para pendidik dan orangtua tentang makanan sehat dan menyehatkan melalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

Makan Siang , Makan Sore dan Makan Malam

Anak-anak yang telah sekolah, biasanya pulang sekolah merasa lapar, terutama jika mereka tidak dibiasakan jajan waktu istirahat maupun pulang sekolah.  Disinilah waktu yang tepat untuk memberi asupan gizi yang lengkap bagi anak-anak.  Makanan hangat yang disajikan, selain memenuhi rasa laparnya juga memenuhi kebutuhan gizinya.  Jika pada pagi hari sulit untuk menerima sayur dan buah, maka pada saat ini lengkapi menu makanan dengan bahan tersebut, selain makanan utamanya (nasi dan lauk pauknya).

Waktu kapankah yang tepat untuk makan siang?.  Hal ini sangat relatif tergantung situasi dan kebiasaan yang diterapkan.  Adakalanya pukul 12 siang anak-anak sudah merasa lapar, terutama jika pagi hari tidak cukup terpenuh kebutuhannya.  Tetapi pada beberapa anak dapat dilakukan antara pukul 12.00 sampai 13.30.  Hanya jangan dibiasakan terlalu telat, dan dibiarkan mereka menyela dengan makanan-makanan kecil dahulu.  Makan siang ini sangat penting karena mengganti energi yang terbuang, dengan kegiatan-kegiatan pagi hari dan menjelang siang, serta menyiapkan energi untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya, yang biasanya cukup padat pula.  Hanya perlu juga mendapat perhatian, bahwa makan itu tidak terlalu kenyang, karena kerja alat-alat tubuh terlalu dipaksakan, akibatnya perasaan ngantuk akan datang.

Jika pada sianghari tidak memungkinkan untuk makan bersama dalam keluarga, tetapi diusahakan agar mereka dapat makanan yang sehat.  Artinya jangan dibiarkan untuk mengganjal perutnya yang lapar, hanya dengan sepiring nasi atau mie “instant” tanpa campuran lauk atau sayur.  Biasanya karena lapar, anak-anak akan menyantap apa saja yang tersedia di meja.  Jika tak siap menyiapkan makanan baru  pada siang itu, dapat berupa makanan hangatan yang telah dipersiapkan sehari sebelumnya, dengan tidak lupa melengkapinya dengan sayur segar atau buah sebagai “makanan pencuci mulut”nya.

Kebiasaan makan diantara makan siang dan makan malam (makan sore) ini memang belum umum dilakukan.  Padahal secara tidak langsung hal tersebut dilakukan juga, misalnya dengan jajan pada sore hari atau sering didengar istilah „minum kopi sore“.  Memang tubuh pada waktu-waktu tersebut tidak terlalu banyak memerlukan energi, apalagi jika anak biasa tidur siang.  Kebutuhan waktu makan ini sebagai pengisian jeda waktu antara makan siang dan makan malam sehingga perut tidak dibiarkan kosong terlalu lama.  Kebutuhan ini meningkat, jika pada siang hari banyak dilakukan aktivitas-aktivitas, misalnya : anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah, atau ekstra kulikuler lain, atau kegiatan-kegiatan hobbi dan pengisian waktu luang lainnya.

Waktu yang tepat untuk makan diantara siang dan malam ini pun sangat relatif.  Akan tetapi orang yang makan siangnya cepat (pukul12.00 misalnya), maka antara pukul 3 dan 4 sore sudah membutuhkan makanan selingan kembali.  Makanan pada waktu ini tidak perlu terlalu berat seperti halnya makan siang.  Secangkir coklat susu dan sepotong kuepun sudah dapat memenuhi kebutuhan.  Hal yang lebih baik lagi jika pemenuhan kebutuhan waktu ini dengan aneka panganan dari buah, selain menyegarkan di waktu hari agak panas, juga menambah asupan vitamin, mineral dan serat kasar pada anak-anak.  Pada musim hujan dapat dengan semangkuk kecil bubur kacang hijau misalnya. Jika anak-anak sekolah siang hari, bawakanlah juga bekal untuk kebutuhannya di waktu istirahat sore hari.

Makan malam adalah waktu yang biasanya dapat diharapkan seluruh anggota keluarga berkumpul.  Sehingga pada beberapa keluarga, jenis menu pada waktu ini sangat istimewa dibandingkan waktu-waktu makan lainnya.  Kebiasaan makan bersama ini sangat baik dilakukan, tetapi ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama siapkan menu yang mudah dicerna oleh perut, ke dua jangan terlalu terlambat waktunya supaya tidak tidur dengan perut penuh. Ke dua hal tersebut bertujuan agar dapat tidur sebagai sarana istirahat dan melepaskan lelahyang tenang dan pemulihan kembali tenaga yang cukup.
 

 
Gambar 2. Prosentasi pembagian energi pada 5 kali waktu makan

Pembagian waktu makan sebagai suatu kebiasaan yang diterapkan pada keluarga tentu saja tidak semua harus sama.  Akan tetapi pembagian 5 waktu makan seperti yang telah dipaparkan di atas, selain menyatakan jumlah yang dimakan, berapa sering, juga berhubungan dengan kebutuhan manusia itu sendiri (Lihat Gambar 1., Kurva Daya Kerja).

Beberapa pakar Gizi menyatakan beberapa kelebihan dengan pembagian 5 kali waktu makan antara lain

  •  Peredaran darah dan pertukaran zat makanan menjadi lebih ringan kerjanya
  •  Mencegah rasa lapar yang berlebihan karena jarak waktu makan tidak terlalu jauh
  •  Mencegah kelebihan berat, karena makan dengan jumlah sedikit tetapi lebih kerap
  •  Orang tidak menjadi lekas lesu, lelah karena kurang kalori.
  • Pada Gambar 2. dapat dilihat porsentase pembagian energi melalui 5 kali waktu makan.
     
     
    Sayur dan Buah

    Bahan-bahan bergizi ini seringkali dilupakan oleh para orangtua.  Sayur dan buah hanya diberikan sebagai selingan kalau ada dan tidak dianggap sebagai makanan penting.  Sehingga anak-anak menjadi tidak terbiasa makan malah pada sebagian anak menjadi tidak menyukainya.  Padahal sayur atau buah sebaiknya dijadikan makanan utama disamping makanan-makanan penghasil tenaga atau protein lainnya.  Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan membiasakan makan sayur dan buah tersebut, diantaranya : pertama memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh, kedua sebagai sumber serat kasar  yang dapat membantu mengaktifkan fungsi usus dan melancarkan pembuangan sisa-sisa pencernaan, ketiga mencegah kegemukan (obesitas), karena untuk mengurangi lapar dapat dipenuhi, akan tetapi tidak menimbulkan kelebihan lemak, kolesterol dsb, keempat dapat digunakan untuk sarana menambah selera makan melalui aneka warna dan rasa sayur dan buah-buahan tersebut.

    Sebaiknya sejak bayi, anak sudah dikenalkan akan kedua jenis bahan ini.  Pada bayi kurang lebih empat bulan, di samping Air susu ibu (ASI) sudah memerlukan makanan pelengkap.  Pertama bayi dikenalkan makanan pelengkap dapat diberikan sayur, misalnya bubur lembut wortel yang telah direbus, dicampur sari tomat, dapat juga bubur lembut pisang, lumatan pepaya matang dan sari buah-buahan segar lainnya.  Kemudian meningkat diberikan makanan lain seperti bubur tepung, biskuit, kemudian bubur lunak dan selanjutnya makanan sapihan, akan tetapi kedua jenis bahan tersebut tidak lupa diberikan.  Akhirnya anak menjadi terbiasa makan sayur dan buah.

    Sayur biasanya digunakan sebagai makanan pendamping nasi dan lauk, dan buah hanya diberikan sebagai tambahan setelah makan.  Pola ini dapat kita ubah dengan membiasakan memakannya disela-sela waktu makan, sehingga lebih banyak asupannya.  Selain itu yang paling baik kedua jenis bahan ini dimakan dalam keadaan segar.  Biasanya jika sayuran sudah dilakukan pengolahan berulangkali, apalagi dengan pemanasan tinggi, beberapa vitamin sudah tidak berfungsi lagi.  Pada anak-anak yang telah cukup gigi geliginya, baik jika diberikan wortel mentah, tomat segar tanpa dimasak, timun, kacangpanjang segar dan muda, paprika, daun salat, serta berbagai jenis buah-buahan diantara waktu-waktu makannya.  Sehingga ketika waktu makan mereka tidak mau lagi memakan sayuran atau buah-buahan sudah terpenuhi sebelumnya.  Tidak ada salahnya jika dalam bekal anakpun disisipkan buah-buahan yang menaikkan selera makannya.

    Minum dan Minuman

    Masalah ini kadang kurang menjadi perhatian.  Dari beberapa penelitian yang di lakukan di beberapa negara Eropa, menyatakan bahwa anak-anak sangat sedikit minum. Padahal minum bagi manusia demikian pula bagi anak-anak sama pentingnya seperti asupan gizi lainnya.  Kebiasaan yang dilakukan selanjutnya akan berpengaruh pada perasaan haus seseorang.  Jika anak dibiasakan minum 1 sampai 1.5 liter sehari, dengan sendirinya perasaan hausnya akan datang untuk memenuhi kebutuhan cairan bagi tubuhnya.  Pada anak-anak yang sedikit minumnya, orangtuanya perlu selalu mengingatkan atau menawarkan akan hal tersebut.

    Cairan dalam tubuh merupakan bagian yang terbesar, karena sebagian cairan ada yang terbuang melalui ginjal sebagai urine atau melalui kulit sebagai keringat, maka perlu adanya pemasukan kembali untuk menjaga keseimbangannya.  Cairan atau air dalam tubuh mempunyai banyak tugas yang penting, diantaranya;

  •  Sebagai bagian penting dalam darah, cairan pencernaan dan juga pengeluaran air mata.
  •  Sebagai bahan pelarut bagi bahan-bahan makanan yang dicerna
  • Sebagai alat tranportasi bahan-bahan makanan ke dalam seluruh sel tubuh
  •  Sebagai pengatur suhu tubuh, terutama yang tengah mengalami demam atau influensa disarankan banyak minum.
  • Sebagai pengantar bahan buangan sebagai produk akhir dari metabolisma.
  • Akibat langsung yang banyak diderita orang yang kurang minum adalah penyakit pada saluran kencing atau ginjal, kencing batu misalnya.

    Melihat begitu kompleknya tugas air dalam tubuh, maka kurang lebih 2-3 liter air dibutuhkan orang dewasa per harinya dan 1 - 1.5 liter bagi anak-anak.  Kebutuhan ini memang sangat relatif, jika hari panas dan banyaknya aktifitas yang mengeluarkan keringat dilakukan, maka makin banyak air dibutuhkan oleh tubuh.  Pemenuhan air ini tidak selalu dari minum, tapi juga melalui makanan-makanan yang mengandung air, misalnya berbagai jenis sup atau sayur berkuah, buah-buahan, kue-kue bersaus dsb.  Semakin sedikit makan makanan yang mengandung air, makin banyak diperlukannya asupan air melalui minum .

    Minuman yang paling tepat untuk mengurangi rasa haus adalah air yang mengandung mineral, atau lebih dikenal sekarang sebagai “aqua”, teh buah tanpa gula atau sari buah atau perasan buah segar.  Sedangkan susu atau minuman-minuman manis lainnya sebagai sumber energi dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu, misalnya makan pagi, makan antara pagi dan siang atau makan sore.

    Limun, sirop, minuman penyegar , atau saribuah buatan, mengandung terlalu banyak gula dan berbagai bahan tambahan makanan lain seperti bahan pengawet, bahan pewarna atau bahan pemanis sintetis, hal ini tidak baik untuk kesehatan.  Demikian pula “Cola” tidak baik jika dibiasakan diberikan pada anak-anak. Minuman tersebut mengandung kofein (seperti pada kopi), gula yang sangat tinggi, bahan pewarna, aroma, asam dan tidak mengandung vitamin ataupun mineral.  Mungkin pada saat-saat tertentu saja mereka diberikan minuman-minuman tersebut, misalnya ketika ada perayaan-perayaan , tapi tidak khusus menyediakannya sebagai alternatif minuman di rumah.

    Biasanya anak hanya minum ketika ia telah makan, kebiasaan ini harus dirubah.  Karena jika hanya mengandalkan pada waktu-waktu makan terlalu sedikit asupan air, disamping itu, mereka kenyang dengan makanan, perut sulit menampung air lagi, untuk satu gelas sekalipun.  Untuk itulah diantara waktu-waktu makan utama anak perlu disodorkan minuman, dapat berupa perasan sari buah misalnya atau secangkir air putih biasa yang dilengkapi sedotan.  Untuk bekal ke sekolahpun, tak lupa dilengkapi dengan minuman, sehingga jika mereka haus bukan jajan es yang dilakukannya, yang tidak dapat dijamin kebersihannya, dan dapat menyebabkan sakit tenggorokan.

    Demikian apa yang dikemukakan di atas beberapa contoh kebiasaan makan sehat yang dapat diterapkan dalam keluarga.  Jika ingin menerapkannya pada anak-anak, maka orangtuanya dululah yang memberi tauladan.  Anak-anak tidak akan gemar sayur atau buah, jika tidak dilihatnya orangtuanya memakannya.  Demikian pula, bagaimana anak tidak menjadi biasa jajan, jika orangtuanyapun untuk makan sehari-hari terbiasa dengan membeli makanan jadi atau makanan cepat hidang (Fast food).
     
     

    Daftar Pustaka

  • Szwillus, Marlisa.  1984.  1x1 der richtigen Ernahrung.  BLV Verlagsgesellschaft mbH.  Munchen.  Germany
  • Anonim.  1994.  Bärenstarke Kinderkost.  Verbraucher-Zentrale Nordrhein-Westfalen e.V.  Düsseldorf.  Germany.
  •  
     
    artikel pagi